Disdagin Kota Bandung Fasilitasi 50 UMKM Promosi ke Toko Swalayan

Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah

GAPURANEWS.ID – Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) memfasilitasi 50 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk melakukan penawaran promosi ke delapan toko swalayan di Kantor Disdagin Kota Bandung, Kamis, 14 Juli 2022.

Delapan toko swalayan tersebut yaitu Yogya, Yomart, Superindo, Alfamart, Indomaret, Lotte Grosir, Transmart, dan Borma

Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah menyampaikan, penawaran ini akan dibagi menjadi tiga tahap. Masing-masing tahap diberi waktu 1 jam untuk presentasi ke delapan toko swalayan.

“Tahap pertama untuk 18 UMKM. Mereka diberi waktu 1 jam per tahap untuk melakukan pitching atau penawaran,” ujar Elly.

Ia berhadap, melalui program ini para pengusaha ritel bisa mempromosikan produk kuliner pelaku UMKM Kota Bandung.

Elly juga mengaku jika beberapa produk yang hadir saat ini sudah masuk di Yogya.

“Namun, saya ingin menambah produk pelaku UMKM Kota Bandung di masing-masing ritel. Mungkin yang tadinya cuma 10, bisa ditambah jadi 20,” ucapnya.

Sebanyak 50 produk UMKM ini merupakan hasil kurasi Disdagin Kota Bandung. Beberapa poin yang jadi penilaian antara lain, dari packagingnya, legalisasi, punya nomor induk berusaha (NIB), sertifikasi halal, PIRT, dan punya uji mutu.

“Semua produk yang datang hari ini merupakan jenis kuliner. Untuk fashion dan craft kita arahkan ke mall.

Sampai saat ini sudah lebih dari 100 UMKM yang terfasilitasi di toko-toko swalayan.

Elly mengatakan, Disdagin harus terus hadir untuk membantu para pelaku UMKM meningkatkan perekonomian.

“Bagi para UMKM yang belum masuk ke toko ritel atau swalayan, secara bertahap akan kami tawarkan kembali program ini,” tuturnya.

Salah satu peserta yang hadir dalam program ini adalah Patria. Ia membawa tas ransel besar berisi produk makanan ringan yang ia produksi sendiri dengan merek “Tempe Krezi”.

“Ini makanan ringan berupa keripik tempe. Sudah dari 2018 saya menjalankan usaha ini. Sudah dua tahun ini produk saya masuk ke beberapa swalayan juga, seperti Transmart Carrefour dan Yogya. Di Jakarta juga ada beberapa,” aku Patria.

Ia menjelaskan, biasanya dia menjual tiga dus ke tiap toko. Satu dus terdiri 30 pcs. Dalam sebulan, Patria mengaku minimal satu dus produknya bisa laku terjual.

“Kami menyediakan dua ukuran. Ada yang 100 gram harganya Rp16.000. Lalu, 60 gram harganya Rp10.000. Ukuran yang besar biasanya kita jual ke supermarket, sedangkan ukuran kecil buat di minimarket,” ungkapnya.

Sebelum bisa lolos ke toko ritel, Patria telah mencoba sampai lima kali menawarkan ke toko-toko yang ada. Namun, ia kerap mengalami penolakan.

“Paling cepat satu bulan kita kembali untuk penawaran lagi. Tapi, rata-ratanya 2-3 bulan kemudian kita balik lagi. Minimal kita kasih sampel dulu supaya mereka ingat dengan kita,” tuturnya.

Ia mengaku, jika produk miliknya memiliki poin unik dibandingkan yang lain, terutama pada varian rasa. “Tempe Krezi” ini memiliki varian rasa spicy, cheese, original, dan yang terbaru korean spicy.

“Produksinya di Sariwangi. Semenjak covid-19, omzetnya jadi turun. Sekarang per bulan dapat Rp50 juta. Sebelum covid, kami biasanya dapat Rp100 juta per bulan,” jelasnya.

Sementara itu, Humas Yogya Group, Achmad Nuzurul Karnain menuturkan, sejak berdiri tahun 1982, Yogya telah bekerja sama dengan lebih dari 100 UMKM di Kota Bandung.

Menurutnya, kualitas dari produk para UMKM semakin hari kian meningkat. Dari hasil penawaran tahap pertama saja, ia mengaku sudah ‘klik’ dengan beberapa produk yang ditawarkan.

“Tadi ada produk buah kering yang bagus, rasanya juga enak dan kemasan bagus. Tapi, memang dari segi harga cukup tinggi ya. Jika nanti akan kerja sama dengan kita, akan kita letakkan pada playstore premium, salah satunya di Yogya Junction,” kata Achmad.

Ia mengaku sangat mendukung dan akan membantu para UMKM di Kota Bandung untuk bisa mempromosikan produk usahanya lebih luas.

Namun, ia menekankan, jika langkah ini bukan tahap akhir yang dicapai oleh para pelaku UMKM. Justru inilah titik awal perjuangan mereka.

“Terkadang, para UMKM itu berpikirnya kalau sudah lolos di ritel itu sudah tenang. Padahal, ke depannya mereka akan bersaing dengan produk-produk nasional. Mereka juga harus mempersiapkan jumlah kebutuhan yang kami perlukan,” imbuhnya. (*)