Unsur Penodaan Agama Terdapat di Buku PPKn Kelas VII Dari Kemendikbudristek

GAPURANEWS.ID – Buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Kelas VII ditarik oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Penarikan tersebut segera dilakukan setelah menerima laporan masyarakat terkait konten di dalam buku tersebut. Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Anindito Aditomo mengapresiasi laporan, koreksi, dan saran-saran perbaikan yang disampaikan masyarakat. “Kami mengapresiasi masukan, saran, dan koreksi untuk perbaikan berkelanjutan terkait buku-buku pendidikan,” disampaikan Anindito di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Rabu (27/7/2022) dilansir dari laman Kemendikbudristek.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa buku pendidikan atau buku teks pelajaran yang diterbitkan Kemendikbudristek merupakan dokumen hidup yang senantiasa diperbaiki dan dimutakhirkan. Saat ini, Pusat Perbukuan Kemendikbudristek tengah melakukan kajian terkait konten di dalam buku mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan SMP Kelas VII terbitan 2021 tersebut. Selanjutnya, Pusat Perbukuan Kemendikbudristek segera memperbaiki sesuai masukan yang diterima dari berbagai pihak, khususnya mengenai penjelasan tentang Trinitas dalam agama Kristen Protestan dan Katolik.

Buku PPKn kelas VII diprotes beberapa pihak lantaran ada konsep yang keliru mengenai agama Kristen. Kesalahan tersebut sangat mendasar dalam konsep ketuhanan dan Trinitas menurut agama Kristen Protestan dan Katolik. Dikutip dari Kompas.com

Buku PPKn kelas VII ditarik dan akan direvisi, lalu tidak adakah yang bisa dimintai pertanggung jawaban?.

Isinya jelas penodaan agama karena dalam buku itu tertulis bahwa Tuhan yang dipercayai penganut Kristen Protestan adalah Allah, Bunda Maria dan Yesus Kristus yang disebut sebagai “tiga yang tunggal atau Trinitas”, sedangkan kitab sucinya adalah Injil.
Terkait dengan Katolik, menyebutkan bahwa Tuhannya sama dengan Kristen Protestan, yakni “Trinitas Allah, Bunda Maria, dan Yesus Kristus.”
Apa yang diungkap dalam buku tersebut jelas salah dan menyesatkan sebab Bunda Maria tidak pernah diimani umat Kristen sebagai Tuhan.
Alkitab menunjukkan bahwa Trinitas yang diyakini umat Kristen adalah 1 hakekat dalam 3 sifat.
Yesus Kristus adalah gambar wujud kemuliaan Tuhan [Surat Ibrani 1:3a – IA (Yesus) adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud allah], [Surat Kolose 1:19 – Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia(Yesus)], (Surat Kolose 2:9 – Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan).
Keyakinan Kristen itu adalah: Yesus adalah Firman yang menjadi manusia sesuai dengan Injil Yohanes 1: (ayat 1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (ayat 2) IA pada mulanya bersama-sama dengan Allah (3) Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. …… (ayat 10) Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. (ayat 14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemulian-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.


Injil mencatatkan bahwa Tuhan dengan Yesus adalah satu sesuai dengan Injil Yohanes 10: 30 dimana Yesus berkata : AKU DAN BAPA ADALAH SATU. Dalam Injil Yohanes 14:10 menunjukkan bahwa Tuhanlah yang melakukan pekerjaanNya di dalam diri Yesus (Yohanes 14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya).


Sumber lain mengatakan bahwa buku dengan isi semacam itu telah ada beredar di kalangan pelajar SMP (kelas 7) sejak tahun 2018. Artinya telah ada buku yang terbit lebih dahulu sebelum buku terbitan 2021. Buku-buku yang menyesatkan telah banyak dikonsumsi oleh para pelajar termasuk para guru sekolah di Indonesia. Dengan demikian tidakkah ada yang bertanggung jawab ?. Apakah dengan menarik buku dan merevisinya masalahnya cukup dan selesai ?. (Red).